image
Schutzie's Blog
image image image image
Kamis, 08 Januari 2009

Schutzie tak bisa tidur--

Jadi, gadis itu menyibak selimut yang tadi menghangatkannya, lalu keluar dari kelambu putih yang menyelubungi ranjangnya. Berjalan pelan sambil berjingkat-jingkat dan memeluk boneka Hello Kitty kesayangannya. Jangan sampai Olive, dan teman sekamar lainnya ikut terbangun juga. Sleep tight lady snake—Schutzie tersenyum tipis dan melayangkan kiss bye pada teman-temannya. Kemudian mendorong pelan pintu batu kamar anak perempuan. Mawas diri—jangan sampai masih ada prefek du Noir tercinta yang duduk manis di ruang rekreasi. Bisa mati berdiri bangswan pureblood satu itu bila melihat wajah Schutzie sekarang.

Yey! Salahkan Senior Elizabeth Gerardine yang tadi mempoles habis wajah imut Schutzie menjadi sangat buruk rupa. Katanya, agar wajah mulus Schutzie kelak tak dipenuhi bisul, bintil, komedo dan jerawat, harus di beri masker entah-apa-namanya-itu. Berbau aneh. Dan Schutzie muak. Dia harus cepat-cepat cuci muka sekarang, atau mandi sekalian. Dan buang masker aneh itu jauh-jauh. Baunya semakin aneh saja. Gadis itu bergerak pelan menuju pintu batu asrama Slytherin—melangkah santai segera setelah pintu mengayun terbuka meski jantungnya berdegup kencang. Cahaya remang selalu saja membuatnya berpikir—Peeves ada di mana-mana. Schutzie menyembunyikan kepala dan wajah buruk rupanya di balik tudung piyama merah jambu lucunya. Sementara pelukannya pada boneka dan cengkraman mangkuk berisi masker itu, semakin dieratkan.

"Blomfieeeelldddd!!"

“AKU LAPAR, SIAPAPUN, DIAMLAH DAN BIARKAN AKU MEMESAN MAKANANKU.”

“DRAGON—PUNCH!!”


Hell. Schutzie tergoda untuk berhenti melangkah, dan menoleh. Lebih tepatnya, menjulurkan kepalanya ke arah dapur. Tempat dimana sekarang beberapa—wotdehel—ada BANYAK anak. My Lord, kekacauan baru saja terlaksana lagi. Schutzie tersenyum miris. Berjalan pelan tanpa memperdulikan kekacauan sekitar. Mata hitamnya terpancang hanya pada satu sosok, Nona Bloomfield yang manis. Bocah tengik berambut hitam—yang ternyata cukup menyita perhatian Marius. Well—something like jeleously—am I wrong?

Just shut up your dirty mouth and let's see--

--CROOOT

“Ini bagus dear, untuk mencerahkan wajahmu yang selalu sendu itu--” enjoy it, Nona Bloomfield. Tenang saja—tak ada zat merkurinya kok. Schutzie hanya menyalurkan emosinya pada orang yang tepat. Membuat gadis itu tampak seperti patung lilin Madam Thousand yang meleleh. Wajah Bloomfield berlumuran masker putih berbau tidak-enak. Dan sasaran empuk lainnya, berdiri tak jauh dari Schutzie—sangat mencolok di tengah para makhluk luar biasa yang sedang bersenang-senang di dapur.

Rambut pirang menyebalkan seperti sepupu Morinaga jahannam—dengan bando kelinci yang menggemaskan. Hey, Schutzie cinta bandonya. “Ah ya—kau juga harus pakai ini, dear. Alami loh--” Schutzie membasuh wajah menjijikkan di hadapannya, dengan sangat telaten. Masker putih berbau-tak-sedap itu kini menutupi wajah si anak pirang berbando kelinci.

"Ada yang mau lagi?" tanya Schutzie polos, sambil menjunjung tinggi mangkuk berisi masker putih yang tinggal separoh itu. Sedikit memaksa—dan sekali lagi, MaCbeth tak pernah meminta. Itu perintah—Nona Manis.


***

Lord Salazar akan bangkit dari kubur—dan menangis nista sambil mengais tanah kuburannya sendiri. Hell. Ada yang korslet dengan topi seleksi sekarang. Terlalu banyak ular berbisa di tempat ini—Schutzie yakin. Satu, dua ck tiga—err oke, setidaknya ada tiga ditambah satu, total berapa? Bodoh-- ada empat Slytherin yang Schutzie kenal. Power Rangers gadungan musim panas lalu yang menyebabkan nilai Slytherin merosot total. Antek-antek si kriting menyebalkan, Nicolas 'dodol' Morcerf. Belum puas bermain dengan para bayi musang yah, anak manis—titisan iblis? Oke, pernah dengar statement bahwa jika ular berkumpul bersama di suatu tempat adalah pertanda hal buruk akan menimpamu? Hoho. Siapapun Gryffindor atau Hufflepuff bahkan Ravenclaw disini, sebaiknya bergegaslah angkat kaki. Hanya saran, tentu. Terserah kau mau percaya atau tidak.

"Kau tahu? Aku biasa memakai masker alpukat. Bagaimana kalau kulitku yang selembut pantat bayi ini berjerawat? Hwahwa.” Schutzie menurunkan tangannya yang sejak tadi terjulur ke udara. Mengamati lekat-lekat si pirang norak berbando kelinci itu. Hey—ada yang tidak beres—suaranya aneh—dan wajahnya? Err—sepertinya tidak proposrsional untuk ukuran seorang gadis. Schutzie memicingkan mata—mengamati pirang norak itu lekat-lekat, dan ber ooh-- pelan saat si pirang mengecup pipi junior Slytherin perempuan yang sempat pingsan beberapa bulan lalu—siapa namanya, err—Dulce—Duke—Dusty, eh? Oh whatsoever.

Ini semakin tidak beres.

Untung saja Tristain datang di waktu yang tepat dan mengalihkan perhatian Schutzie dari tontonan tak layak konsumsi itu. Nista. Wanita mencium wanita? Hell. Seperti tak ada saja makhluk berjenis kelamin pria di ruangan ini. Schutzie memandang berkeliling—suasana dapur sangat 'manis' sekali malam ini. Sayang untuk dilewatkan begitu saja—dan Schutzie tersenyum polos ketika Tristain berbaik hati mau melemparkan pudingnya untuk siapa saja yang Schutzie tunjuk malam ini. Well—mari kita lihat. Junior ada di mana-mana, yang senior? Aih, hanya segelintir saja dan umumnya Slytherin. Nope. Schutzie tak tega menyerang kubu sendiri—tapi wait, sepertinya ada yang masih santai-santai saja di ujung sana. Ck ck ck—Schutzie berdecak sebentar, lalu berbisik pelan di telinga Tristain. Detik berikutnya—puding di tangan Tristain melayang lurus ke arah anak lelaki berpiyama hitam dengan tampang dingin yang mengingatkan Schutzie pada Senior Amakusa—jengah. Yeah. Entahlah, Schutzie tiba-tiba enggan saja melihat segala sesuatu yang berwana hitam. Black. Itu harus dibuang jauh-jauh dari memori otaknya. Blacklist.

"Taste lovely?"

Demi Merlin yang bergoyang hula-hula, Schutzie menggeram marah ketika tiba-tiba saja sensasi basah mengalir di sela-sela rambut dan tengkuknya. Jangan lupa, ini bau. Menjijikkan. Tak perlu menebak siapa pelakunya—dipastikan, si Bloomfield sialan itu cari gara-gara. Well—as you wish, Little Missy. Schutzie berbalik, mengulaskan senyum malaikat pada si bocah. Menuangkan seluruh cairan lengket bertekstur kasar yang ada di dalam mangkuknya tepat di atas rambut Bloomfield. “Dijamin—rambut hitam milikmu itu akan bercabang, kemerahan, patah-patah dan oh jangan lupa baunya, sweety. Tidak akan hilang meski kau mandi kembang tujuh hari tujuh malam, trust me!” Schutzie mendesis sadis, masih tetap tersenyum. Menikmati sosok Bloomfield yang bermandikan masker campuran sari fosil karang laut bercampur daging ubur-ubur. Yeah—kata Senior Gerardine sih begitu.

Selanjutnya Schutzie bergerak perlahan ke arah meja dapur, meraih segelas air lalu mengguyur kepalanya sendiri—beberapa kali. Setidaknya, tubuhnya sekarang tak nampak semenjijikkan tadi. Meski konsekuensinya Schutzie harus basah kuyup bagai korban badai Tsunami. Schutzie berbalik, hendak kembali ke asrama saja, tadinya. Sebelum indera penciumannya menangkap wangi khas. Wangi. Leci. Lipgloss lecinya tepatnya, yang raib entah kemana seusai makan siang tadi. Hell. Pelakunya ada di antara sekian anak abnormal di dapur ini? Siapapun. Dipastikan. Hidupnya. Tak. Akan. Tenang. Janji. Schutzie menoleh, baunya semakin jelas tercium dan kristal hitam beningnya terpancang pada sosok pirang menyebalkan yang berbando kelinci tadi. Sambil berjalan lurus ke arah si pirang yang kini berdiri di samping Dulce-Dusty-Duke entahlah, gadis itu bertanya lirih sambil menelengkan kepala. Mencermati wajah abnormal di depannya. “Hei—kau Slytherin bukan?” Schutzie menekuk lutut sedikit, agar tinggi mereka sejajar. Lalu mendekatkan wajahnya ke arah si pirang. Jelas. Baunya tercium tak lagi samar. Schutzie semakin mendekatkan wajahnya. Sangat dekat.

****
Lipglossnya hilang—dan itu satu-satunya aset berharga bagi Schutzie. Tolong bayangkan, mengikuti pelajaran sejarah sihir yang membosankan tanpa semerbak leci yang bisa dijilat kapan saja itu. Mimpi buruk. Ayolah, disini tak ada yang jual lollypop—stock permen honeydukesnya juga sudah habis, bahkan jelly kecoak pun laris diembat Senior Gerardine si gentong berjalan dari Slytherin. Setelah ini, sumpah akan Schutzie kempeskan seniornya yang satu itu. Tapi pertama-tama, mari kita teliti dulu siapa dibalik kedok bitchy bunny di depan ini. Wanginya ituloh~mengundang.

Plakk!

Oh my gosh. Belum juga Schutzie bertindak, bitchy bunny sudah ditampar terlebih dahulu oleh Ducke-Dulce-Duse siapalah itu. Dipastikan atas ulah noraknya tadi, mencium si Ducke-Dulce-Duse siapalah itu. Oh mai, si banci ini pasti akan ditusuk-gigit-tendang oleh siapapun anak laki-laki--teman spesial--yang dekat dengan si Ducke-Dulce-Duse siapalah itu. Bersiaplah dear sweety bunny, hidupmu tak akan lama. Apalagi bila terbukti bahwa banci norak ini menggunakan lipgloss Schutzie? Awawawaw, dipastikan akan terkutuk menjadi kodok bisul tujuh turunan.

Peduli setan pada semua kerusuhan yang terjadi di tempat ini—terserah ada berapa banyak makanan melayang di udara, teriakan norak anak-anak bau kencur yang terlambat cuci kaki dan sikat gigi hingga nyasar ke tempat ini—semuanya--Schutzie tak perduli. Tatapannya hanya terfokus pada satu arah, tajam dan tidak berkedip. Banci pirang norak berbando kelinci di hadapannya ini sangat well--menarik. Bertambah saja pesona banci ini ketika selembar (?) steak melayang dengan manis dan mendarat di kepala si banci. Lengkap dengan semerbang aroma leci yang—wotdehel—astaganagabonarjadidua!! You have stolen my lipgloss, dear. Schutzie semakin memajukan wajahnya mendekati si banci berbando kelinci. Gadis itu membulatkan matanya sambil mengendus-endus seperti anjing pudel yang manis.

“I got—” Schutzie tak bisa melanjutkan jeritannya. Bibirnya terkunci—tak bisa bergerak. Ada sesuatu yang menguncinya—bibir si pirang nista—tepat di bibir Schutzie. Lips to lips. Menempel? Ciuman dong? Hayaaaaaa! Schutzie segera saja mendorong tubuh itu jauh-jauh. Nista. Hueekkk. Schutzie mau muntah—mana ember? Gadis itu shock, membatu tapi herannya, ia tak sadar mengulum bibirnya sendiri. Rasa lecy. Itu lipglossnya. Dan makhluk yang mencuri lipglossnya juga mencuri ciuman pertamanya. Arrgghhh. Mati kau, jahannam.

Schutzie menarik paksa si pirang berbando kelinci dari pelukan muka-belakang dua anak norak yang entah kenapa begitu berminat pada si jahannam satu ini. “Minggir dear, aku punya urusan dengannya!” Schutzie tersenyum sarkastis pada dua bocah yang memeluk si kelinci--yang ough ternyata wanita jejadian--menarik paksa lalu menamparnya denga telak. Di pipi.

“You have stolen my lipgloss—and my first kiss too” Schutzie menjambak rambut bocah tengik di depannya dengan penuh emosi. Schutzie tahu,ia berhadapan dengan siapa. Mallandart, sekutu Nikki. Jadi, dimana Lazarus? Yeah, bocah satu itu pasti juga ada di sini, maka lengkaplah formasi Power Rangers gadungan. “KEMBALIKAN LIPGLOSSKU MALLANDART!!” oke, Schutzie sudah muak—dan pasrahlah Mallandart, Schutzie menjadikanmu pengganti samsak. "Sial--CIUMAN PERTAMAKU JUGA! Kembalikan" gadis itu memukul-mukul Mallandart dengan sangat bernafsunya.

10.30